c
Diffusion Model To Determine Source Pollutant Concentrations
in Lake :
by Comparison Fick’s Law and Fokker Planck Law
by Comparison Fick’s Law and Fokker Planck Law
Agung Waskito
25314307
Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung
Jalan Ganesha
No.10 Bandung 40132, Telp 022-2500989
E-mail : Agungwaskitost@gmail.com
ABSTRACT
Konsep matemateka mempunyai konsep potensial untuk
penentuan kualitas, hubungan dan simulasi terhadap proses alam.. Di danau dikumpulkan parameter DO, TDS, Ammonia,
Nitrite, dan Posfor untuk mengetahui perbandingan dari Hukum Fick’s dan hukum Fokker
planck terhadap keadaan di danau untuk menentukan konsentrasi parameter yang
ada dan sebagai sumber pengetahuan terhadap pencemar yang ada dalam danau. Paper ini adalah untuk menambah wawasan serta menggambarkan
keadaan yang terjadi pada danau setelah terjadinya reaksi kimia yang ada.
ABSTRACT
Matemateka concept
has the potential to determine the
quality concepts, relationships
and simulation of the processes of nature ..
On the lake collected
parameters DO, TDS,
Ammonia, Nitrite, and phosphorus to
determine the ratio of Fick's law and the law of the state of
the Fokker Planck in the lake to determine the concentration parameters there and
as a source of knowledge to the pollutant in the
lake. This paper is
to broaden and
describe the situation in the lake after the
occurrence of chemical reactions
that exist.
I. PENDAHULUAN
Difusi merupakan salah satu fenomena yang paling mendasar
di alam, merupakan peristiwa di mana terjadi tranfer materi
melalui materi lain. Transfer materi ini berlangsung karena atom atau partikel
selalu bergerak oleh agitasi thermal. Studi
pada proses difusi di sungai dan danau yang banyak digunakan oleh
hydrodynamicists, hidrologi dan ilmuwan lingkungan yang terlibat dalam studi
masalah polusi air. Waktu perjalanan dari polutan di sungai atau danau, tingkat
di mana menyebar polutan, penurunan konsentrasi puncak dan pola konsentrasi
yang dihasilkan dari polutan adalah variabel penting yang harus dipahami dengan
baik.
Walaupun sesungguhnya gerak tersebut merupakan gerak acak tanpa arah tertentu,
namun secara keseluruhan ada arah neto dimana entropi akan meningkat. Difusi
merupakan proses irreversible.
Air
merupakan salah satu komponen yang sangat berperan bagi kehidupan sehari hari,
dengan demikian bahwa dapat dipastikan air merupakan salah satu komponen yang
paling penting dalam proses kehidupan. Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran
sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya, biasanya berasal
dari padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorgenisme, komponen
organik sintetik, nutrien tanaman, minyak, senyawa anorganik, dan bahan
radioaktif. (Ferdiaz, 1992)
Terdapat banyak tipe gerak angkutan materi air didalam
badan-badan air alami. Energi angin dan gaya berat memberi gerakan pada air
yang berujung pada proses transport massa. Konteks gerakan didalam
sistem dapat dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu adveksi dan difusi.
Adveksi dihasilkan oleh aliran yang bersifat unidirectional dan tidak
mengubah identitas dari substansi yang sedang mengalir atau terpindahkan.
Adanya penambahan oksigen melalui proses fotosintetis
dan pertukaran gas antara air dan udara menyebabkan kadar oksigen terlarut
relatif lebih tinggi di lapisan permukaan. Dengan bertambahnya kedalaman,
proses fotosintesis akan semakin kurang efektif, maka akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut sampai pada suatu kedalaman yang disebut “Compensation
Depth”, yaitu kedalaman tempat oksigen yang dihasilkan melalui proses
fotosintetis sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi
(Sverdrup, et al., 1942). Kadar oksigen terlarut yang turun drastis
dalam suatu perairan menunjukkan terjadinya penguraian zat-zat organik dan
menghasilkan gas berbau busuk dan
membahayakan organisme.
Nitrogen dan fosfor di dalam sistem perairan ada dalam
berbagai bentuk, namun hanya beberapa saja yang dapat dimanfaatkan oleh alga
dan tumbuhan air. Untuk nitrogen, beberapa yang dapat dimanfaatkan adalah
nitrit dan nitrat, sementara untuk fosfor berupa senyawa orto fosfat (Jones-Lee
& Lee, 2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji mengenai
kondisi parameter kimia berupa senyawa fosfat, nitrat serta ammonia di danau
untuk mengetahui kualitas air dan untuk Menentukan konsentrasi
Pencemar dengan
Perbandingan Hukum Fick dan Hukum Fokker Planck
Dari beberapa parameter polutan yang akan
diteliti tersebut, semuanya memiliki kemungkinan untuk melakukan difusi dalam
menyeimbangkan besaran konsentrasi dari suatu titik ke titik lain. Hal ini
menyebabkan kontaminan yang terlarut mempunyai kecenderungan untuk menyamakan
konsentrasi dalam sistem, yaitu bergerak dari konsentrasi yang tinggi menuju
daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi akan terus terjadi sampai
gradien konsentrasi menjadi nol atau tidak ada perbedaan konsentrasi di dalam
sistem, walaupun tidak ada pergerakan air atau fluida dimana kontaminan
tersebut berada. Massa dari kontaminan atau solute
yang terdifusi akan sebanding dengan gradien konsentrasi (Notodarmojo, 2005).
II
METODOLOGI
Pada penelitian kali ini
permasalahan yang sering ditemukan di sebagian besar danau adalah masalah
eutofikasi dan sedimentasi. Atas dasar inilah maka dipilih lima parameter yang
menjadi sumber dari permasalahan tersebut. Lima parameter tersebut adalah dissolved oxygen (DO), total dissolved solids (TDS), ammonia, nitrat, dan fosfat. Tahapan
penelitian ini akan digambarkan pada pada bagan alir penelitian seperti pada
Gambar 1.
|
Mulai
|
|
Pengumpulan data dissolved oxygen, total
dissolved solid, ammonia, nitrat dan fosfat
|
|
Fick’s Law
|
|
Fokker Planck Law
|
|
Analisis
|
Gambar
1. Diagram Alir Metodologi Penelitian
Analisa
Data
Pemodelan (partikel) difusi biasanya didasarkan pada dua asumsi. Yang pertama adalah konservasi
nomor partikel
(1)
Di mana n (x, t) adalah densitas partikel
dan T(x,
t) adalah partikel konsentrasi melalui titik x. Asumsi kedua
adalah relasiantara fluks, T, dan
kepadatan. Jika seseorang memiliki teori lengkap untuk gerakan partikel
(kinetik atau mikroskopis), salah satu mungkin berasal T langsung dari
dinamika partikel yang Fick Hukum seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2).
Namun, jika teori kurang atau tidak lengkap, adalah kebiasaan untuk menerapkan
fenomenologis hubungan
(2)
Untuk hukum Fick, kita mengasumsikan D konstan
10-4
,di mana D adalah
koefisien difusi. Untuk mendamaikan eksperimental fluks diamati dengan teori, sering
konvektif ad hoc istilah (yaitu, V (x) · n) atau drift ditambahkan ke fluks partikel,
yang dalam banyak kasus sulit untuk membenarkan secara fisik [20]. Namun, kebutuhan
untuk drift dan interpretasi fisik mereka dapat sempurna dibenarkan dari sudut
pandang teoritis tanpa persyaratan tambahan tersebut. Memang, telah lama
dikenal (meskipun banyak diabaikan) bahwa difusi tunduk untuk inhomogeneity spasial
memenuhi apa yang disebut Fokker- Planck hukum difusivitas seperti digambarkan
dalam persamaan (3)
Dimana D = 0.0142E1.49 dengan
E menjadi kedalaman
(m) menurut
literature.
literature.
(3)
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
yang terdapat awal yang terdapat dalam jurnal referensi adalah data D. Koefesien
Difusi,diasumsikan dengan D = 10-4 m2/detik untuk Fick’s
Law. Dan Koefesien Difusi, D = 0,0142E1.49 dimana E adalah kedalaman
untuk Fokker Planck Law. Δz (Jarak
Konsentrasi) =
0,5m, 1m dan 1,5 m dan nilai J sesuai dengan hasil grafik pada jurnal dimana
pada kedalaman 0,5 m maka nilai akan dikalikan dengan 0,005, untuk kedalaman 1m
maka akan dikali dengan 0,0142, dan untuk kedalaman 1,5 m maka akan dikali
dengan 0,026.
Dissolved
Oxygen
Penggambaran
konsentrasi pada Dissolved Oxygen (DO) melalui model Hukum Fick’s dan Fokker Planck
yang mana secara umum model menunjukan trend penurunan konsentrasi nilai DO setiap
penambahan kedalaman pengambilan sampel. Tercatat dari hasil penelitian bahwa
nilai konsentrasi DO pada kedalaman 0,5 m memiliki rata-rata 67000 dan 492000, nilai
rata-rata fluks DO pada kedalaman 1 m adalah 530000 dan 743662, sedangkan nilai
rata-rata konsentrasi DO pada kedalaman 1,5 m sebesar 375000 dan 842308.
|
|
|
Gambar 2. Grafik fick’s law dan Fokker planck pada
konsentrasi dissolved oxygen
Dari
grafik di atas nilai konsentrasi berbanding lurus jarak horinzontal. Dalam hal
ini kedalaman di 0,5 m memiliki konsentrasi yang besar dibandingkan pada
kedalaman 1 m dan 1,5 m. Jarak horizontal dari daratan juga memiliki pengaruh
terhadap besaran konsentrasi DO. Tingginya nilai DO pada kedalaman 0,5 m dengan
rata-rata sebesar dikarenakan dekat dengan permukaan air, sehingga terjadi
difusi DO dari atas permukaan air, masuk ke dalam menuju ke tempat yang
intensitas DO yang lebih rendah berbeda dengan Fokker planck law yang
berbanding terbalik dengan jarak horizontal dimana pada kedalaman 0.5 memiliki
konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan pada kedalaman 1 m dan 1,5 m.
Hasil
penelitian Simanjutak (2007) di beberapa perairan di Indonesia menunjukkan
bahwa kadar oksigen terlarut berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Dimana
rendahnya kadar oksigen terlarut pada kedalaman yang semakin dekat ke dasar
perairan ini erat kaitannya dengan banyaknya kadar oksigen terlarut yang
dibutuhkan untuk proses penguraian zat organik menjadi zat anorganik oleh
mikro-organisme. Sedangkan aktivitas proses fotosintetis dan difusi dari udara semakin
berkurang. Perbandingan dua model menunjukkan bahwa model Fickian adalah mendekati kenyataan dibandingkan untuk Fokker-
Model Planck
Total Solid Dissolved
Menurut Effendi (2003) hal ini dikarenakan
nilai TDS umumnya berbanding terbalik dengan nilai oksigen terlarut, TDS jika
berlebihan akan meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat
sinar matahari untuk proses fotosintesis. Sehingga TDS yang berlebihan
mengurangi kandungan oksigen terlarut, maka dari itu nilai TDS tinggi terdapat
pada kedalaman yang dekat pada dasar perairan yang notabenenya nilai oksigen
terlarutnya rendah.
|
|
|
Gambar 3. Grafik
fick’s law dan Fokker planck pada konsentrasi Total Dissolved Suspended
Dapat
dilihat dalam grafik bahwa nilai rata rata dari TDS untuk kedlaman 0,5
adalah 91800 dan 73800 serta 110700
untuk kedaalaman 1 m dan 1,5 m untuk model yang menggunakan fick’s law metode
hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan kedalaman yang meningkat maka
konsentrasi dari TDS akan meningkat.. pada model Fokker planck law nilai rata
konsentrasi TDS untuk kedlaman 0,5 adalah
77800 dan 130282 serta 1407692 untuk kedaalaman 1 m dan 1,5 m, dilihat dari
nilai yang ada dapat disimpulkan bahwa metode Fokker planck law mengalami
peningkatan sesuai dengan kedalaman. Perbandingan dua model menunjukkan bahwa model
Fickian lebih dekat dengan realitas dibandingkan dengan
model Fokker- Planck.
Ammonia
|
|
|
Gambar 4. Grafik fick’s law dan Fokker planck pada
konsentrasi Ammonia
Dari
grafik diatasnilai konsentrasi ammonia pada kedalaman 0,5 m adalah 11500 serta
pada kedalaman 1 m dan 1,5 m adalah 16400 dan 13500 disini dilihat bahwa pada
kedalaman yang lebih dalam maka nilai konsentrasi ammonia akan lebih menurun
untuk penggunaan metode fick’s law. Dan untuk penggunaan metode Fokker planck
law dapat dilihat pada kedalaman 0,5 m terukur konsentrasi sebesar 5800 dan
untuk kedalaman 1 m dan 1,5 m adalah 15423 dan 16154.
Ketidakaturan
dari nilai konsentrasi ammonia ini mengindikasikan sumber ammonia pada
perairan perairan. Sumber konsentrasi
ammonia berdasarkan pengaruh mikroorganisme dalam air yang menggunakan oksigen
dalam mendegredasi bahan organik dan hasil akhir produk menjadi ammonia.
Sehingga konsentrasi ammonia meningkat pada suatu kedalaman yang terjadi
aktifitas mikroorganisme dalam mendegredasi bahan organik. (Risamasu, 2011).
Nitrates
Dari data yang ada di dalam grafik dapat kita sebutkan
bahwa untuk konsentrasi nitrat terlihat pada kedalaman 0,5 m, 1 m, dan 1,5 m
adalah 9200 , 10000 dan 7400 dapat dilihat disini bahwa kedalaman sangat
berpengaruh terhaddap konsentrasi nitrat dengan menggunakan metode fikc’s law.
Konsentrasi nitrat di lapisan permukaan yang lebih rendah dibandingkan di
lapisan dekat dasar disebabkan karena nitrat di lapisan permukaan lebih banyak
dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh fitoplankton. Selain itu, konsentrasi nitrat
yang sedikit lebih tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi oleh
sedimen. Di dalam sedimen nitrat diproduksi dari biodegradasi bahan-bahan
organik menjadi ammonia yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Seitzinger,
1988).
|
|
|
Gambar 5. Grafik fick’s law dan Fokker planck pada
konsentrasi Nitrates
Begitu
juga sebaliknya dengan metode Fokker
planck law juga sangat berpengaruh yaitu 4700, 1000, 9000 untuk kedalaman 0,5
m, 1 m,dan 1,5 m. Di permukaan air,
DO konsentrasi cukup
tinggi untuk mengoksidasi Nitrit
ke Nitrat. Oleh karena
itu, dalam situasi seperti ini, model
yang Fickian lebih dekat dengan
kenyataan
Phosphates
Dari grafik di atas nilai konsentrasi
berbanding lurus jarak horinzontal. Dalam hal ini kedalaman di 0,5 m = 29700
memiliki konsentrasi yang besar dibandingkan pada kedalaman 1 m=24740 dan 1,5
m=21300.. Fokker planck law yang berbanding terbalik dengan jarak horizontal
dimana pada kedalaman 0.5=14700 memiliki
konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan pada kedalaman 1 m=21690 dan 1,5
m=248098.
|
|
|
Gambar 2. Grafik fick’s law dan Fokker planck pada
konsentrasi Phosphates
Konsentrasi
posfat tinggi pada kedalaman 0,5 m mungkin disebabkan tingginya difusi fosfat
dari sedimen. Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus
yang terjadi di danau, umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan
oksida besi dan senyawa hidroksida. Senyawa fosfor yang terikat di sedimen
dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses
abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi
kembali ke kolom air. Namun, model Fickian menunjukkan
bahwa Penurunan fluks fosfat
dengan peningkatan kedalaman sementara Model Fokker-Planck menggambarkan
tren terbalik. Literatur mendukung tren yang diamati dalam model Fokker-Planck.
Ada studi yang menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat tinggi dengan meningkatnya kedalaman.
IV. KESIMPULAN.
Jadi
kesimpulannya bahwa kedalaman sangat berpengaruh terhadap nilai konsentrasi
pada perhitungan menggunakan metode fick’s law dan metode Fokker planck law,
untuk perhitungan konsentrasi yang menggunakan persamaan fick’s law untuk parameter
DO,Nitrat, Posfat dan TDS. Sedangkan untuk parameter ammonia kedalaman tidak
berpengaruh dikarenakan sumber konsentrasi ammonia berdasarkan pengaruh
mikroorganisme dalam air akibat aktifitas mikroorganisme dalam mendegredasi
bahan organic dan perhitungan fick’s law lebih mendekati kenyataan dibandingkan
menggunakan perhitungan Fokker planck law, sehingga perhitungan fick’s law
sangat direkomendasikan untuk menghitung sumber pencemar dengan model difusi.
V. REFERENSI
(1).
Banadda, N., Ayaa, F., Wali, U.G., Kimwaga, R.j., Mashauri, D.A. 2011. Modeling
Diffusive
Flux of Non Point Source Pollutans in
Lake Victoria: A Comparison Study of Fick’s Law and
The Fokker-Planck Law. The Open
Environmental Journal. Vol 4, 105-111.
(2).
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
(3).
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Bogor: Penerbit Kanisius
(4). Jones-Lee, A., & G.F. Lee.
2005. Eutrophication (Excessive Fertilization).Water
Encyclopedia: Surface and Agricultural
Water. Wiley, Hoboken, NJ. p 107-114.
(5).
Miligenl, van B Ph, Bons, D.P., Carreras, B.A. 2005. On the Applicability of
Fick’s Law to
Diffusion in Inhomogeneous System.
Institute of Physics Publishing European Journal of
Physics. Vol 26, 913-925
(6).
Notodarmojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung:
Penerbit ITB
(7). Risamasu, Fonny dan Pryitn, Hanif. 2011. Kajian
Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di
Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan
Selatan. Jurnal ilmu Kelautan UNDIP. Vol 16 (3),
135-142.
(8). Simanjuntak, Marojahan. 2007. Oksigen
Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di
Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka.
Pusat Peneliti Oseanografi LIPI. Vol 12 (2), 59-66.
(9). Sverdrup. H. V., M. W. Johnson and R. H. Fleming.
1942. The Ocean,Their Physics
Chemistry and General Biology. Prentice
Hall. New York: 1087 pp.
.
LAMPIRAN
TECKNICAL NOTE
Agung Waskito (25314307)
Data
yang terdapat awal yang terdapat dalam jurnal ini adalah data D
Koefesien
Difusi, D = 10-4 m2/detik untuk Fick’s Law dan Koefesien
Difusi, D = 0,0142E1.49 dimana E adalah kedalaman untuk Fokker
Planck Law. Δz (Jarak
Konsentrasi) =
0,5m, 1m dan 1,5 m dan nilai J sesuai dengan hasil grafik pada jurnal dimana
pada kedalaman 0,5 maka nilai akan dikalikan dengan 0,005, untuk kedalaman 1m
maka akan dikali dengan 0,0142, dan untuk kedalaman 1,5 maka akan dikali dengan
0,026.
Rumus
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Hukum Fick’s dan Fokker Planck
Lawdalam menghitung Difusi Polutan, yang berbeda hanya nilai D diantara kedua
jenis rumus. Adapun rumus tersebut dapat dilihat di bawah ini:
J
= - D
Keterangan: J = Flux Density
D = Koefesien Difusi
=
Konsentrasi Unit
=
Jarak Konsentrasi
Nilai
negatif (-) pada D menandakan bahwa gerakan kontaminan berasal dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke lokasi yang lebih rendah
Dissolved
Oxygen
|
Z
|
D(fiks)
|
D (fokker-Plank)
|
J (fick’s)
|
J(fokker-plank)
|
C(Fiks)
|
C (Fokker-plank)
|
|
|
10
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
126
|
4300
|
630000
|
430000
|
|
20
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
127
|
4500
|
635000
|
450000
|
|
30
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
136
|
5000
|
680000
|
500000
|
|
40
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
143
|
5300
|
715000
|
530000
|
|
50
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
145
|
5500
|
725000
|
550000
|
|
10
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
59
|
11900
|
590000
|
838028.169
|
|
30
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
67
|
13000
|
670000
|
915492.9577
|
|
40
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
69
|
13900
|
690000
|
978873.2394
|
|
50
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
70
|
14000
|
700000
|
985915.493
|
|
10
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
30
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
39
|
23000
|
585000
|
1326923.077
|
|
40
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
41
|
24000
|
615000
|
1384615.385
|
|
50
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
45
|
26000
|
675000
|
1500000
|
Contoh berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus J = - D
terdapat di table seperti dibawah ini
Pada jarak horizontal 10
m dengan nilai J sebesar 126 dan dengan
kedalaman 0,5 m untuk Fick’s Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
63000
Dan Pada jarak horizontal
10 m dengan nilai J sebesar 126 dan
dengan kedalaman 0,5 m untuk
Fokker-Planck Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
430000
Total Dissolved Suspended
|
Dt
|
D(fiks)
|
D(fokker-Plank)
|
J(fiks)
|
J(fokker-plank)
|
C(Fiks)
|
C (fokker-plank)
|
|
|
10
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
18.5
|
800
|
92500
|
80000
|
|
20
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
18.2
|
770
|
91000
|
77000
|
|
30
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
18.9
|
800
|
94500
|
80000
|
|
40
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
17.9
|
750
|
89500
|
75000
|
|
50
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
18.3
|
770
|
91500
|
77000
|
|
10
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
9
|
2300
|
90000
|
161971.831
|
|
30
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
10
|
2400
|
100000
|
169014.0845
|
|
40
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
9
|
2300
|
90000
|
161971.831
|
|
50
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
8.9
|
2250
|
89000
|
158450.7042
|
|
10
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
9
|
0
|
135000
|
0
|
|
30
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
10
|
40000
|
150000
|
2307692.308
|
|
40
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
9
|
42000
|
135000
|
2423076.923
|
|
50
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
8.9
|
40000
|
133500
|
2307692.308
|
Contoh berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus J = - D
terdapat di table seperti dibawah ini
Pada jarak horizontal 10
m dengan nilai J sebesar 126 dan dengan
kedalaman 0,5 m untuk Fick’s Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
92500
Dan Pada jarak horizontal
10 m dengan nilai J sebesar 126 dan
dengan kedalaman 0,5 m untuk
Fokker-Planck Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
80000
Ammonia
|
|
Dt
|
D(fiks)
|
D (fokker-Plank)
|
J(fiks)
|
J(fokker-plank)
|
C(Fiks)
|
C (fokker-plank)
|
|
10
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
2.9
|
75
|
14500
|
7500
|
|
20
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
2.3
|
60
|
11500
|
6000
|
|
30
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
2.5
|
65
|
12500
|
6500
|
|
40
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
2.2
|
50
|
11000
|
5000
|
|
50
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
1.6
|
40
|
8000
|
4000
|
|
10
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1.6
|
250
|
16000
|
17605.6338
|
|
20
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
2.9
|
325
|
29000
|
22887.32394
|
|
30
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1.4
|
200
|
14000
|
14084.50704
|
|
40
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1.1
|
150
|
11000
|
10563.38028
|
|
50
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1.2
|
170
|
12000
|
11971.83099
|
|
10
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
1.3
|
150
|
19500
|
8653.846154
|
|
30
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
1
|
400
|
15000
|
23076.92308
|
|
40
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0.9
|
350
|
13500
|
20192.30769
|
|
50
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
1.3
|
500
|
19500
|
28846.15385
|
Contoh berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus J = - D
terdapat di table seperti dibawah ini
Pada jarak horizontal 10
m dengan nilai J sebesar 126 dan dengan
kedalaman 0,5 m untuk Fick’s Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
14500
Dan Pada jarak horizontal
10 m dengan nilai J sebesar 126 dan
dengan kedalaman 0,5 m untuk
Fokker-Planck Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
7500
Nitrates
|
|
Dt
|
D(fiks)
|
D(fokker-Plank)
|
J(fick’s)
|
J(fokker-plank)
|
C(Fick’s)
|
C (fokker-plank)
|
|
10
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
2.4
|
60
|
12000
|
6000
|
|
20
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
2.2
|
55
|
11000
|
5500
|
|
30
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
1.9
|
50
|
9500
|
5000
|
|
40
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
1.1
|
30
|
5500
|
3000
|
|
50
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
1.6
|
40
|
8000
|
4000
|
|
10
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1.3
|
180
|
13000
|
12676.05634
|
|
20
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1.3
|
180
|
13000
|
12676.05634
|
|
30
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
0.9
|
130
|
9000
|
9154.929577
|
|
40
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
0.7
|
100
|
7000
|
7042.253521
|
|
50
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
0.8
|
120
|
8000
|
8450.704225
|
|
10
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0.7
|
230
|
10500
|
13269.23077
|
|
30
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0.58
|
170
|
8700
|
9807.692308
|
|
40
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0.5
|
150
|
7500
|
8653.846154
|
|
50
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0.7
|
230
|
10500
|
13269.23077
|
Contoh berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus J = - D
terdapat di table seperti dibawah ini
Pada jarak horizontal 10
m dengan nilai J sebesar 126 dan dengan
kedalaman 0,5 m untuk Fick’s Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
12000
Dan Pada jarak horizontal
10 m dengan nilai J sebesar 126 dan
dengan kedalaman 0,5 m untuk
Fokker-Planck Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
6000
Phosphates
|
|
Dt
|
D(fiks)
|
D(fokker-Plank)
|
J(fiks)
|
J(fokker-plank)
|
C(Fiks)
|
C (fokker-plank)
|
|
10
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
6.1
|
150
|
30500
|
15000
|
|
20
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
7.1
|
175
|
35500
|
17500
|
|
30
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
6
|
150
|
30000
|
15000
|
|
40
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
5
|
125
|
25000
|
12500
|
|
50
|
0.5
|
0.0001
|
0.005
|
5.5
|
135
|
27500
|
13500
|
|
10
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
1
|
150
|
10000
|
10563.38028
|
|
20
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
3
|
190
|
30000
|
13380.28169
|
|
30
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
2.3
|
300
|
23000
|
21126.76056
|
|
40
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
3.5
|
500
|
35000
|
35211.26761
|
|
50
|
1
|
0.0001
|
0.0142
|
2.57
|
400
|
25700
|
28169.01408
|
|
10
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
20
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
1.3
|
450
|
19500
|
25961.53846
|
|
30
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
1.5
|
500
|
22500
|
28846.15385
|
|
40
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
1.8
|
550
|
27000
|
31730.76923
|
|
50
|
1.5
|
0.0001
|
0.026
|
2.5
|
650
|
37500
|
37500
|
Contoh berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus J = - D
terdapat di table seperti dibawah ini
Pada jarak horizontal 10
m dengan nilai J sebesar 126 dan dengan
kedalaman 0,5 m untuk Fick’s Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
30500
Dan Pada jarak horizontal
10 m dengan nilai J sebesar 126 dan
dengan kedalaman 0,5 m untuk
Fokker-Planck Law adalah
J = - D
=
=
0,5
=
15000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar