Senin, 12 Oktober 2015

(BIOREMEDIASI PADA TANAH TERKONTAMINASI TNT)



TL – Rekayasa dan Aplikasi Bioremediasi


 (BIOREMEDIASI PADA TANAH TERKONTAMINASI TNT)









                 Disusun oleh:


AGUNG WASKITO
25314307




PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUSI TEKNOLOGI BANDUNG
2015


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Perkembangan pembangunan dewasa ini semakin cepat dengan didukungnya era globalissasi,semakin menuntut manusia untuk lebih pandai memanfaatkan sumberdaya alam.dalam mengelola SDA, manusiapun harus lebih berhati –hati, karena jika tidak di pikirkan dengan baik maka tidak akan mendapatkan hasil maksimal dan tak jarang dapat menimbulkan hasil yang merugikan banyak orang.sebagai contoh, dalam pembangunan suatu pabrik maka harus di pikirkan terlebih dahulu tentang efek yang di timbulkan dari pabrik tersebut. Hal ini tidak lain yaitu untuk menghindari kerugian, misalnya pencemaran lingkungan.
Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan manusia semakin bertambah pula, terutama kebutuhan dasar manusia seperti makanan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin banyak yang diambil dari lingkungan. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memacu proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Untuk memenuhi kebutahan populasi yang terus meningkatkan, harus diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam jumlah yang besar melalui industri. Kian hari kebutuhan-kebutuhan itu harus dipenuhi.
Tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam keberlangsungan hidup manusia sama halnya dengan air dan udara, bayangkan saja jika struktur dan kualitas tanah rusak tentu saja mempengaruhi tingkat kadar air dalam tanah. Selain berkaitan dengan air, kualitas tanah juga faktor terpenting hidupnya tumbuh-tumbuhan sementara itu tumbuh-tumbuhan adalah salah satu mata rantai makanan yang mempengaruhi mata rantai makanan di atasnya.
Industry TNT merupakan salah satu yang sangat berpotensi dalam pencemaran tanah, karena kandungan TNT dapat menakibatkan tanah menjadi tercemar oleh senyawa senyawa yang terkandung di dalamnya, Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran.
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena sangat berbahaya.

MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1.    Sebagai bahan kajian mengenai dampak pencemaran terhadap lingkungan
2.  Sebagai cara untuk mencari berbagai cara/langkah untuk menanggulangi dampak pencemaran yang sedang dikaji
3.     Sebagai metode pengumpulan data tentang pencemaran lingkungan

















BAB II
ISI



Pencemaran
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia (buatan manusia) masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Penggunaan bahan kimia dalam kebudayaan manusia  sudah dimulai sejak zaman dahulu. Bahan kimia  merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, termasuk juga perubahan yang terjadi di  dalamnya, baik secara alamiah maupun  sintetis. Senyawa - senyawa kimia sintetis inilah  yang banyak dihasilkan oleh peradaban  modern, namun materi ini pulalah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang  berbahaya. Dengan mengetahui komposisi dan memahami bagaimana perubahan terjadi,  manusia dapat mengontrol dan  memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia.
Kontaminan dalam tanah adalah bahan kimia yang dapat diakibatkan oleh kegiatan manusia. Kontaminan dapat masuk ketanah secara sengaja dan tidak disengaja. Kesengajaan seperti aplikasi pestisida, kegiatan pengeboran minyak bumi baik secara modern maupun tradisional, serta contoh tidak sengajaan seperti tumpahan minyak karena kecelakaan, kebocoran dll.
Kontaminan tanah juga disebut sebagai limbah berbahaya atau pencemar (pollutant) tanah, terdiri atas berbagai macam bahan kimia (Alexander, 1994 dalam Hairiah, 2009) termasuk :
  1. Larutan mengandung klor, sepeti triklorotilena (TCE) dan tetracloroetilena (PCE)
  2. Bahan peledak, seperti 2,4,6-trinitrotoluena (TNT)
  3. Logam seperti kromium dan timbal
  4. Radionukleida seperti plutonium
  5. Pestisida, seperti atrazin, benlat dan mathion.
  6. BTEX (benzene, toluene, ethyl benzene, xylema)
  7. PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon) seperti kreosol.
  8. PCB (polychlorinated biphenyl), seperti campuran aroclor


Sejarah TNT
TNT pertama kali diproduksi pertama kali pada tahun 1863 oleh kimiawan jerman bernama Joseph Wilbrand dan pada skala industri tahun 1891 juga oleh Jerman, dan pada tahun 1901 diadopsi untuk kekuatan militer. Selama Perang Dunia I produksi TNT terbatas karena jumlah toluena sebagai produk sampingan dari industri kokas yang terbatas. Setelah 1940, toluena tersedia lebih banyak sebagai hasil sampingan dari industri minyak bumi dan selama Perang Dunia II TNT diproduksi secara luas.
TNT adalah kependekan dari Trinitrotoluene. Memiliki nama UIPAC 2-metil-1,3,5-trinitrobenzena. Memiliki rumus kimia C6H2(NO2)3CH3 dan rumus molekul C7H5N3O6, TNT biasanya digunakan sebagai bahan baku peledak. TNT memiliki kekuatan ledakan sekitar 4,7 megajoule per kg. Kekuatan ledakan ini dijadikan patokan untuk mengukur kekuatan bahan peledak lain.         
Trinitrotoluena (TNT) adalah bahan kimia peledak. Jika tidak disimpan dan ditangani dengan baik, hal ini dapat menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan dan keselamatan personil laboratorium, tanggap darurat dan penangan limbah kimia. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti protokol keamanan untuk menangani bahan kimia ini.
            TNT kadang-kadang digunakan sebagai pereaksi dalam sintesis kimia, tapi yang terbaik adalah dikenal sebagai bahan peledak yang berguna dengan sifat penanganan yang nyaman. Hasil ledakan TNT dianggap ukuran standar kekuatan bom dan bahan peledak lainnya. TNT merupakan salah satu bahan peledak yang paling umum digunakan untuk aplikasi militer dan industri. Hal ini dinilai sebagian karena ketidakpekaan untuk shock dan gesekan, yang mengurangi risiko ledakan disengaja, dibandingkan dengan bahan peledak tinggi lebih sensitif lainnya seperti nitrogliserin. TNT meleleh pada 80 ° C (176 ° F), jauh di bawah suhu di mana secara spontan akan meledak, memungkinkan untuk dituangkan serta dikombinasikan dengan aman dengan bahan peledak lainnya. TNT tidak menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, stabil dibandingkan dengan bahan peledak tinggi lainnya.
            Di laboratorium, 2,4,6-trinitrotoluene diproduksi oleh proses dua langkah. Campuran penitrasi dari nitrat pekat dan asam sulfat digunakan untuk toluena nitrat untuk campuran mono dan di-nitrotoluena isomer, dengan pendinginan untuk mempertahankan kontrol suhu hati. Para toluena ternitrasi dipisahkan, dicuci dengan encer natrium bikarbonat untuk menghilangkan oksida nitrogen, dan kemudian dengan hati-hati nitrasi dengan campuran asam nitrat dan asam sulfat. Menjelang akhir nitrasi, campuran dipanaskan pada mandi uap. Trinitrotoluene dipisahkan, dicuci dengan larutan encer natrium sulfit dan kemudian direkristalisasi dari alkohol.

Karakteristik TNT
TNT berbeda dengan dinamit. TNT adalah senyawa kimia yang spesifik, sementara dinamit adalah suatu campuran nitrogliserin yang dikompresi menjadi bentuk silinder dan dibungkus dengan kertas. Setelah ledakan, TNT terurai sebagai berikut:   2C7H5N3O6 → 3N2 + 5H2O + 7CO + 7C.
Gambar1. TNT
 Reaksi ini eksotermik dengan energi aktivasi yang tinggi. Adanya karbon pada produk, menyebabkan ledakan TNT memiliki penampilan jelaga. Dan karena TNT memiliki kelebihan karbon, campuran bahan peledak yang kaya dengan senyawa oksigen dapat menghasilkan lebih banyak energi per kilogram dari TNT saja. Selama abad ke-20, amatol, campuran TNT dengan ammonium nitrat adalah bahan peledak militer yang secara luas digunakan. 
TNT merupakan salah satu bahan peledak konvensional dominan digunakan oleh pasukan militer (Chaudry, 1994). Setelah 1940, toluena menjadi tersedia sebagai produk sampingan dari industri minyak dan selama Perang Dunia II TNT diproduksi secara luas (Kirk dan Othmer, 1951 dan Kirk dan Othmer, 1993). Ini produksi skala besar dari TNT di banyak situs persenjataan pabrik Perang Dunia II telah menyebabkan pencemaran oleh TNT dan produk sampingan yang (Fraunhaufer, 1999) Karena pembuangan sampah dan air limbah yang dihasilkan selama produksi, pembakaran dan peledakan, dan pembongkaran amunisi, kontaminasi yang serius telah terjadi di banyak lokasi di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Eropa (Chaudry, 1994 dan Funk et al., 1996)
Dalam industri, TNT diproduksi dalam proses tiga langkah. Pertama, toluena nitrasi dengan campuran sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan mononitrotoluene (MNT). The MNT dipisahkan dan kemudian renitrated ke dinitrotoluene atau DNT. Pada tahap akhir, DNT tersebut nitrasi untuk trinitrotoluene atau TNT menggunakan campuran anhidrat asam nitrat dan oleum. Asam nitrat yang dikonsumsi oleh proses manufaktur, tetapi asam sulfat yang encer dapat reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT distabilkan dengan proses yang disebut sulfitasi, dimana TNT mentah diperlakukan dengan larutan sulfit natrium berair untuk menghilangkan isomer kurang stabil dari TNT dan produk reaksi yang tidak diinginkan lainnya. Bilasan air dari sulphitation dikenal sebagai air merah dan merupakan polutan dan limbah produk yang signifikan dari TNT manufaktur.
            Pengendalian oksida nitrogen dalam asam nitrat akan sangat penting karena nitrogen dioksida bebas dapat menyebabkan oksidasi dari kelompok metil toluena. Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai dengan risiko reaksi pelarian menyebabkan ledakan.
            Di laboratorium, 2,4,6-trinitrotoluene diproduksi oleh proses dua langkah. Campuran penitrasi dari nitrat pekat dan asam sulfat digunakan untuk toluena nitrat untuk campuran mono dan di-nitrotoluena isomer, dengan pendinginan untuk mempertahankan kontrol suhu hati. Para toluena ternitrasi kemudian dipisahkan, dicuci dengan encer natrium bikarbonat untuk menghilangkan oksida nitrogen, dan kemudian dengan hati-hati nitrasi dengan campuran asam nitrat dan asam sulfat. Menjelang akhir nitrasi, campuran dipanaskan pada mandi uap. Trinitrotoluene dipisahkan, dicuci dengan larutan encer natrium sulfit dan kemudian direkristalisasi dari alkohol.

Sifat dari TNT
TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri aplikasi militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap shock dan gesekan, yang mengurangi risiko ledakan disengaja.. TNT tidak menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, cukup stabil bila dibandingkan bahan peledak tinggi lainnya.
Meskipun TNT tersedia dalam berbagai ukuran (misalnya 250 g, 500 g, 1.000 g), namun lebih sering ditemui dalam campuran dengan bahan peledak lain/ditambah bahan lainnya.


Toksisitas TNT
TNT mengandung sifat berbahaya yaitu:
·         TNT adalah senyawa yang sangat beracun (quite oxic).
·         TNT juga dapat diserap melalui kulit.
·         Menyebabkan iritasi dan noda kuning terang.
·         Orang yang terkena TNT selama periode tertentu cenderung mengalami anemia dan kelainan fungsi hati.
·         Memberikan efek yang buruk pada darah dan hati, pembesaran limpa dan efek berbahaya lainnya pada sistem imunitas juga ditemukan pada hewan yang tertelan atau terkontaminasi Trinitrotoluena.
·         TNT juga diduga memiliki efek merugikan bagi fertilitas laki-laki dan juga bersifat karsinogen.
·         TNT yang mencemari lingkungan perairan biasa disebut “red water", yang mungkin sulit dan mahal untuk penanganannya.

Peledak militer dan industri karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain titik leleh rendah,  dapat digunakan sebagai bahan peledak senyawa tunggal atau tidak membutuhkan bahan reduktor, relatif stabil dan tidak sensitif terhadap benturan, gesekan, maupun suhu tinggi sehingga relatif aman untuk digunakan sebagai bahan peledak . Namun demikian bahan peledak ini sangat peka terhadap gelombang energi atau dengan kata lain apabila terhadap bahan peledak TNT dilewatkan shock wave ( gelombang kejut) maka segera terjadi ledakan

Boiremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Bioremediasi adalah suatu teknik dengan menggunakan mikroorganisme atau tumbuhan untuk detoksifikasi kontaminan (Melethia, 1996). Detoksifikasi kontaminan bisa dengan cara transformasi senyawa dari senyawa toksik menjadi senyawa non toksik atau dengan cara degradasi kontaminan menjadi karbon dioksida dan air. Proses biologi yang terjadi merupakan proses pemulihan komponen lingkungan secara biologis (Backer dan Herson, 1994) dengan cara mengekslopitasi kemampuan katalitik sifat organisme untuk meningkatkan laju perombakan suatu polutan ( Sheehan, 1997). Dalam teknik bioremediasi ada dua tujuan utama dalam penanggulangan lingkungan yang tercemar oleh senyawa hidrokarbon yaitu:
·         Transformasi senyawa toksik menjadi senyawa non toksik
·         Membuat akumulasi antrophogenik lebih cepat memasuki siklus biogeokimia alami.

Bioremediasi adalah proses degradasi biologis dari sampah organik pada kondisi terkontrol menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya di bawah batas yang ditentukan oleh lembaga berwenang.
Sedangkan menurut United States Environmental Protection Agency (dalam Surtikanti, 2011:143), bioremediasi adalah suatu proses alami untuk membersihkan bahan-bahan kimia berbahaya. Ketika mikroba mendegradasi bahan berbahaya tersebut,akan dihasilkan air dan gas tidak berbahaya seperti CO2.
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran dan cukup menarik. Selain hemat biaya, dapat juga dilakukan secara in situ langsung di tempat dan prosesnya alamiah (Hardiani, dkk. 2011:32). Laju degradasi mikroba terhadap logam berat tergantung pada beberapa faktor, yaitu aktivitas mikroba, nutrisi, derajat keasaman dan faktor lingkungan (Hardiani, dkk., 2011:32).

Teknik-Tenik Bioremediasi
Teknologi yang sering dipakai dalam proses bioremediasi ada dua jenis, yaitu ex-situ dan in situ. in-situ adalah perlakuan yang langsung diterapkan pada bahan-bahan kontaminan di lokasi tercemar  (Vidali, 2001).
Bioremediasi (in situ bioremidiation) juga terbagi atas:
·         Biostimulasi/Bioventing: dengan penambahan nutrient (N, P) dan aseptor elektron (O2) pada lingkungan pertumbuhan mikroorganisme untuk menstimulasi pertumbuhannya.
·         Bioaugmentasi: dengan menambahkan organisme dari luar (exogenus microorganism) pada subpermukaan yang dapat mendegradasi kontaminan spesifik.
·         Biosparging: dengan menambahkan injeksi udara dibawah tekanan ke dalam air sehingga dapat meningkatkan konsentrasi oksigen dan kecepatan degradasi.

Sementara bioremediasi ex situ dikenal sebagai metode dimana mikroorganisme diaplikasikan pada tanah atau air terkontaminasi yang telah dipindahkan dari tempat asalnya. Teknik ex situ terdiri atas:
·         Landfarming: teknik dimana tanah yang terkontaminasi digali dan dipindahkan pada lahan khusus yang secara periodik diamati sampai polutan terdegradasi.
·         Composting: teknik yang melakukan kombinasi antara tanah terkontaminasi dengan tanah yang mengandung pupuk atau senyawa organik yang dapat meningkatkan populasi mikroorganisme.
·         Biopiles: merupakan perpaduan antara landfarming dan composting.
·         Bioreactor: dengan menngunakan aquaeous reaktor pada tanah atau air yang terkontaminasi.

Keuntungan Dalam Proses Bioremediasi
Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada berbagai bidang, yaitu
1) Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari pabrik, misalnya saat 1979, supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta gallon oli mentah mengalir, tetapi bakteri pemakan oli membantu mengurangi pencemaran laut yang lebih jauh lagi.
2) Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di San Clemente, Calif.
3) Bidang Ekonomi
Bioremediasi menggunakan bahan bahan alami yang hasilnya ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang lebih baik.
4) Bidang Pendidikan
Penggunaan microorganisme dalam bioremediasi, dapat membantu penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas.Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.
5) Bidang Teknologi
Bioremediasi memberikan tantangan baru bagi teknologi untuk terus memberikan inovasi yang lebih baik bagi lingkungan.
6) Bidang Sosial
Bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang mudah dijangkau dan mudah dilakukan baik bagi rumah tangga dan industri. Dengan begini, limbah rumah tangga dapat dikelola jauh lebih baik.
7) Bidang Kesehatan
Dengan pengelolaan limbah yang baik, pencemaran dapat diminimalisir sehingga kualitas hidup manusia jauh meningkat.
8) Bidang Politik
Isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para petinggi dapat memfokuskan masalah ke lingkup lain, Bahkan bioremediasi dapat membantu memperbaiki masalah yang  berkesinambungan didalamnya.

Keunggulan Proses Biomeremediasi
• Meminimalisasi terinfeksinya pekerja lapangan
• Perlindungan kesehatan masyarakat yang berjangka panjang
• Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut dengan lahan yang sempit sekalipun.
• Menghilangkan zat-zat berbahaya
• Menggunakan proses yang bersifat alami
• Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya
• Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat

Pengolahan dengan Bioremediasi terhadap pencemar TNT
Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang jika mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling tidak berpotensi menciptakan pencemaran. Dalam suatu proses pengolahan limbah, harus dibuat perkiraan terlebih dahulu dengan mengidentifikasi sumber pencemaran, fungsi dan jenis bahan, sistem pengolahan kualitas dan jenis buangan, serta fungsi B3. Dengan mengacu pada prakiraan tersebut, maka dibuat program pengendalian dan penanggulangan pencemaran mengingat limbah, baik dalam jumlah besar maupun kecil, dalam jangka panjang ataupun pendek akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lingkungan (Kristanto, 2002).
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
TNT merupakan salah satu bahan peledak yang sangat umum digunakan oleh pasukan militer di seluruh dunia. Dan saat ini TNT diproduksi secara luas, karena di setiap Negara memerlukan TNT untuk kebutuhan bahan peledak di militer mereka masing masing. Dalam proses produksi bahan bahan militer yang menggunakan bahan baku TNT, seperti halnya bom maka akan dihasilkan sampah dan air limbah  selama proses produksi, pembakaran dan peledakan, dan pembongkaran amunisi, kontaminasi yang serius telah terjadi di banyak lokasi di seluruh dunia). Kontaminasi sering juga terjadi pada pabrik di mana bahan peledak yang diproduksi dan ditangani sesuai dengan praktik yang dianggap standar pada saat itu dan tidak diketahui tidak memadai (USAEC, 1999). TNT telah dikenal memiliki sifat toksisitas yang tinggi terhadap makhluk hidup. Paparan TNT diketahui menyebabkan ruam, hemmorages kulit, dan lendir dan kelainan darah (termasuk pansitopenia, gangguan jaringan pembentuk darah) (Chaudhry, 1994 dan Kirk, 1993).

Seperti diketahui bahwa Efek toksik dari TNT dapat menyebabkan kerusakan hati (hepetitis beracun) dan anemia seperti yang telah diketahui bagi oleh pekerja yang terlibat proses produksi TNT. Sebuah studi yang dilakukan oleh  A NATO CCMS (Committee on the Challenges to Modern Society)  pada tahun 1995 di temukan bahwa  ada banyak negara di mana bahan peledak sisa, terutama TNT, dan produk degradasi mereka masih ada di dalam tanah. Meskipun berita tentang kontaminasi oleh TNT ini diketahui secara luas,tetaapi sangat sedikit informasi tentang daerah daerah yang terkontaminasi oleh TNT dalam literature di tingkat internasional. Beberapa daerah yang terdokumentasi dengan baik memang ada di Jerman, dan saat ini sedang diselidiki (NATO, 1995). Di Australia, organisasi Australia Industri Pertahanan (ADI) telah diberi tugas menutup dan remediating mantan pabrik amunisi di sepanjang pantai timur, dan telah identifing situs individu (McGee, 1995).

Pada umumnya tanah yang terkontaminasi TNT ini telah dilakukan secara biasa dengan teknik incenerasi tetapi teknik ini sangat mahal untuk dilakukan dan juga faktanya bahwa abu dari proses pembakaran harus di olah sebagai limbah berbahaya karena itu maka perlu teknik lain yang lebih efisien dan lebih baik dalam pemulihkan tanah teremar TNT ini. Problem dari teknik incenerasi ini telah ditemukan bahwa dengan pertumbuhan dari bakteri dan penelitian lebih jauh dari bioremediasi dapat mengatasi masalah ini, karena bioremediasi mengguakan mikroorganisme dan tumbuhan untuk  mengubah materi dari zat berbahaya menjadi materi yang tidak berbahaya

Proses Bioremediasi dalam Pendegradasi TNT
                   Bioremediasi merupakan teknologi yang kini banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan, terutama pencemaran air dan tanah. Manusia mengaplikasikan proses biologis yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup untuk melakukan biotransformasi atau merubah struktur kimia suatu zat yang berbahaya menjadi lebih ramahlingkungan, bahkan menjadi sama sekali tidak berbahaya. Proses bioremediasi umumnya menggunakan makhluk hidup berupa mikroorganisme seperti bakteri dan jamur
Salah satu upaya secara biologis untuk mengatasi tanah tercemar TNT adalah dengan melakukan bioremediasi. Bioremediasi merupakan alternatif yang dilakukan dimana tanah yang tercemar dibersihkan dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi kontaminan yang bersifat ramah terhadap lingkungan karena tanah yang sudah tercemar umumnya tidak dapat ditanami (Nugroho, 2006).
Transformasi kimia dari bahan pencemar TNT melalui proses bioremediasi ini meliputi beberapa proses, yaitu
·    Detoksikasi, yaitu konversi dari molekul yang bersifat toksik menjadi produk yang tidak bersifat toksik.
·    Degradasi, yaitu transformasi dari substrat kompleks menjadi produk yang lebih sederhana.
·    Konjugasi, yaitu pembentukan senyawa kompleks, atau reaksi penambahan, dimana suatu organisme dapat menghasilkan substrat yang lebih kompleks dan mengkombinasikannya dengan TNT dengan sel metabolis. Konjugasi atau pembentukan senyawa pengkompleks dapat dihasilkan dari organisme yang menghasilkan suatu asam amino, asam organik, methyl atau senyawa lain yang bereaksi dengan polutan membentuk substrat lainnya. .
·    Aktivasi, yaitu konversi substrat yang nontoksik menjadi molekul toksik seperti bahan aktif awal . Sebagai contoh, TNT ditransformasi dan diaktivasi oleh mikroorganisme dalam tanah menghasilkan senyawa yang bersifat toksik. Proses aktivasi ini lebih menekankan pada efisiensi TNT, atau aktivasi residu.
·    Proses defusi, yaitu konversi molekul nontoksik berasal dari TNT yang sedang dalam proses aktivasi secara enzimatik, menjadi produk nontoksik yang tidak lagi dalam proses enzimatik.
Perubahan spektrum toksisitas. Contoh bioremediasi bagi lingkungan yang tercemar TNT. Yang pertama dilakukan adalah mengaktifkan bakteri alami pengurai TNT yang ada di dalam tanah yang mengalami pencemaran tersebut. Bakteri ini kemudian akan menguraikan limbah TNT yang telah dikondisikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan hidup bakteri tersebut. Dalam waktu yang cukup singkat kandungan TNT akan berkurang dan akhirnya hilang, inilah yang disebut sistem bioremediasi.
Bioremediasi merupakan proses biologi secara alami yang aplikasinya merupakan proses mikrobilogi yang menyebabkan terjadinya terjadinya pemutusan senyawa dari senyawa komplek menjadi senyawa sederhana dan mengakibatkan perubahan sifat polutan dari bersifat toksik menjadi non toksik. Pada proses bioremediasi ada beberapa persyaratan supaya bioremediasi dapat berjalan dengan sukses, adapun kriteria menurut Steven and Marc, 1996 adalah:
a. Adanya populasi mikroba, yaitu mikroba yang dapat mendegradasi polutan
b. Terdapatnya sumber energi dan sumber karbon yang bisa digunakan sebagai sumber energi 
    dengan melepaskan elektron selama transformasi dan juga digunakan oleh sel mikroba tersebut.
c. Adanya elektron aseptor, elektron lepas dikarenakan adanya transformasi karbon.
d. Adanya nutrisi, Pertumbuhan bakteri memerlukan nutrisi antara lain: nitrogen, phospor,
    calcium, potasium, magnesium, besi dan lain-lain.
e. Kondisi lingkungan yang mendukung seperti temperatur, pH, salinitas, tekanan, konsentrasi polutan dan kehadiran inhibito
Dalam kebanyakan kasus, dapat dikatakan bahwa pendegradasian TNT menggunakan teknik composting merupakan alternatif yang paling baik dan tepat.
Composting adalah teknologi lama yang sedang disempurnakan untuk memaksimalkan degradasi bahan berbahaya seperti TNT. Pada teknik ini, bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan organik padat yang relatif mudah terombak, dan diletakkan membentuk suatu tumpukan. Bahan organik yang dicampurkan dapat berupa limbah pertanian, sampah organik, atau limbah gergajian. Untuk memfasilitasi pertumbuhan mikroba, bahan composting seperti serpihan kayu, jerami, alfalfa, pupuk kandang, atau produk pertanian lainnya ditambahkan (Funk et al., 1996). Untuk mempercepat perombakan kadang-kadang diberi pupuk N, P, atau nutrient anorganik lain. Bahan yang telah dicampur sering ditumpuk membentuk barisan yang memanjang, yang disebut “windrow”. Selain itu dapat juga ditempatkan dalam wadah yang besar atau luas dan diberi aerasi, khusus untuk bahan yang tercemari bahan kimia berbahaya. Aerasi diberikan melalui pengadukan secara mekanis atau menggunakan alat khusus untuk memberikan aerasi. Kelembaban bahan campuran tetap dijaga. Setelah diinkubasikan terjadi pertumbuhan mikroba, dan suhu tumpukan meningkat mencapai 50-600C. Meningkatnya suhu dapat meningkatkan perombakan bahan oleh mikroba.
Proses Composting.
Pengomposan dapat mengubah bahan-bahan kimia organik dan mengikat logam melalui beberapa mekanisme yang berbeda, Proses composting  secara biologi adalah sebagai berikut :
  1. Degradasi biologis adalah proses di mana mikroorganisme menguraikan bahan kimia yang larut dalam air dengan enzim dalam larutan, enzim tersebut digunakan untuk metabolisme. Dua proses yang dapat mengubah struktur kimia organik supaya lebih larut dalam air adalah hidrolisis (menambahkan air untuk memecahkan ikatan kimia) dan oksidasi.
  2. Dekomposisi ekstraselular adalah proses di mana mikroorganisme mengeluarkan enzim untuk memecah molekul-molekul organik besar ke dalam bentuk yang lebih kecil untuk memudahkan penyerapan ke dalam mikroorganisme. Ini adalah bagaimana selulosa, hemiselulosa dan lignin yang terdegradasi dalam kompos. Jamur merupakan sumber enzim ekstraselular.
  3. Dekomposisi intraselular terjadi setelah bahan kimia telah diserap oleh mikroorganisme. Mineralisasi, proses konversi bahan organik menjadi karbon dioksida dan air, adalah proses utama di tempat kerja dalam mikroorganisme.
  4. Adsorpsi adalah proses elektrokimia di mana ion positif atau negatif mengikat ion muatan berlawanan dari bahan organik maupun dari tanah liat,
  5. Penguapan adalah proses fisik yang berubah material dari satu keadaan fisik yang lain (misalnya dari fase cair ke fase gas). Pencampuran tanah yang terkontaminasi merupakan sumber utama penguapan (hingga 30 persen dari komponen kimia organik bisa hilang dengan cara ini). Penguapan sangat bergantung pada suhu (temperatur yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak penguapan). Uap air dapat menghambat penguapan oleh udara dengan cara menyumbat saluran dengan air atau dapat meningkatkan dengan membebaskan bahan kimia yang teradsorbsi lemah.
Metode composting telah digunakan misalnya untuk mengatasi tanah yang terkontaminasi klorofenol. Pada skala lapangan menunjukkan bahwa dengan metode ini dapat menurunkan konsentrasi bahan peledak TNT.















BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan data data dari literaur dan percobaan percobaan yang telah dilakukan bioremediasi adalah metode yang sangat baik untuk degradasi TNT dan produk degradasi terkait. Bila dibandingkan dengan pembakaran, metode sebelumnya yang paling umum dari biodegradasi, bioremediasi adalah baik lebih murah dan tidak berbahaya lingkungan. Insinerasi dapat menghasilkan abu yang harus ditangani dan dibuang residu berbahaya, tetapi composting menghasilkan produk yang kaya nutrisi.





















DAFTAR PUSTAKA

Anonim
Pencegahan-Dan-Penanggulangan-Dampak-Pencemaran-Tanah
Anonim
Anonim
Tnt-Sebagai-Bahan-Peledak-Eksplosive.
Anonim,
Memulihkan Lingkungan Tercemar dengan Bioremediasi
Anonim

Backer, C dan Herson,D. 1994. Bioremediation.USA. Mcgraw Hill.Inc

Chaudhry, G. R. 1994. Biological Degradation and Bioremediation of Toxic Chemicals. Dioscorides Press, Portland, Oregon

Funk, S. B., D. L. Crawford, R. L. Crawford. 1996. Bioremediation of nitroaromatic compounds. Don L. Crawford and Ronald L. Crawford (ed.) Bioremediation Principles and Applications. Cambridge University Press, Cambridge. 1996. pp. 195-205.

Fraunhofer IGB. Bioremediation of TNT-contaminated soil by a two-stage anaerobic/aerobic process.
<http://www.igb.fhg.de/Uwbio/en/TNT.en.html> 4/15/99. (diakses tgl 30 maret 2015

Hairiah. 2009. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Yogyakarta: Pustaka Adipura

Hardiani, dkk. 2011: Bioremediasi Logam Timbal (Pb) dalam TanahTerkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Jurnal Selulosa, Vol. 1, No. 1, Juni 2011 : 31 –41. diakses 8 febuari 2015

Kirk, R.E. and P.F. Othmer. 1951. Encyclopedia of Chemical Technology. Interscience Encyclopedia, Incorperated, New York. 6: 43-48.

Kirk, R.E. and P.F. Othmer. 1993. Encyclopedia of Chemical Technology, Fourth Edition. John Wiley & Sons, New York. 10: 34-39.

McGee, K. 1995. The Greening of Urban Wastelands. Green & Gold, Issue 1, Apec Centre of Environmental Technology Exchange Notes

Melithia,C. L.A. Jhonson, dan W. Amber. 1996. Ground Water Polution: In situ Biodegradation.

USAEC (US Army Environmental Center). Cleanup Technology: Bioremediation of Explosives-Contaminated Soil

Sheehan, D. 1997. Bioremediation Protocol. Humana Press. Totowa. New Jersey

Surtikanti, H.K. 2011. Toksikologi Lingkungan Dan Metode Uji Hayati. Rizqi Press : Bandung

Steven, B dan Marc, K. 1996. In situ Bioremediation Of Petroleum Aromatic Hydrocarbon. Ground Water Polution

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Jakarta: Penerbit Andi

Nugroho, A. 2003. Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta: Bumi Aksara

Vidali, M. 2001. Bioremediation. An overview. Pure Appl. Chem., Vol. 73


1 komentar: